Entri Populer

Rabu, 23 Maret 2011

Madura Pejantan

Sedari kecil, nama pulau Madura saya kenal sebagai pulau penghasil garam di Indoesia. Saya juga ingat pulau ini dengan senjata khas warganya, clurit. terus ada juga pakaian khas lurik merah putih bernama sakera..terus satu wisata khas daerah itu..karapan sapi..semuanya terekam kembali masa silam saat sekolah…apalagi aku yang bersuku bugis makassar, tentu belajar hanya melalui buku-buku sejarah dan kekuatan mengajar para guru ‘tempo doeloe’ yang paham benar kondisi Indonesia meski juga hanya sekedar lewat bacaan…tapi Minggu 4 Oktober 2009, kusempatkan diriku ke pulau yang kusebut sebagai sang pejantan.
Tidak pernah kubayangkan aku bisa menginjak pulau khas itu..awalnya sekedar ingin menikmati bagaimana rasanya menyeberangi ‘jembatan suramadu’ yang menghubungkan pulau Jawa dan Madura..apalagi jembatan ini dikenal sebagai jembatan terpanjang di Indonesia…
Ditemani rekanku Mas Purnomo bersama anak bungsunya Ahmad Arsyad Arif (10 thn), kuseberangi jembatan itu dengan sepeda motor, cukup dengan bayar di pintu tol Rp 3 ribu, semuanya jalan..padaal bukan aku yang saja yg menikmatinya. Warga kota Surabaya dan sekitarnya teryata banyak yang sekedar ingin ber’suramadu’…itu terlihat dengan lalu lalangnya kendaraan roda empat dan dua dengan nomor polisi kota surabaya…
Kira-kira 15 menit lamanya kami menyusuri jembatan itu..elok rasanya…da sadarlah aku..jika Pulau Madura telah kupijak. pertama dalam hidupku. penasaran dengan apa yang ada di pulau itu, kuajak mas Pur. “yok Mas, keliling yuk” kataku. Mas Pur mengiya, padahal ia sendiri belum pernah keliling pulau itu. kami sepakat cukup di wilayah kabupaten Bangkalan saja.
sepeda motor kami melaju kearah poros bangkalan-Pamekasan, dengan mengikuti jalan lama rel kereta api eks kolonial Belanda. Kecamatan itu bernama Kecamatan Kwanyar. meski sepi, wilayah ini sudah menggambarkan Madura zaman dulu, dimana-mana kulihat wanita bersarung, lelaki dengan kopiah dan srung serta kumis tebal khas Madura…cukup jauh kami berjalan…singgalah kami di sebuah warug makan sekedar menikmati sate khas Madura.
Di warug makan itu kami banyak diskusi soal Madura. yang empunya warung cukup rajin bertutur, saya pun mengaku dari Sulawesi sehingga banyak cerita kuperleh tentang pulau ini. sekitar 2 jam lamanya kami istrahat disana,,,terus menyusuri kecamatan Tragah dan kota Bangkalan Sendiri.
Memang Bangkalan tak seramai Kota Bau-Bau, lebih sepi namun eksentrik. itu pikiran objektifku. maklum kotanya biasa-biaa saja..banyak lahan kosong nan kering kerontang, panas lagi. Tapi saya menjadi terhibur, kalau aku bisa putar-putar pulau ini. Dibeberapa tempat aku ditawari cederamata berupa Cemeti dan Clurit, dua senjata khas Madura..saya pun membanding-banding dengan Badik Khas Sulawesi. Tapi bukan itu yang membuatku tertarik…saya lebih merasa ebagai orang Indonesia ketika melihat lelaki Madura mengguakan pakaian kebesaran ‘Sakera’. Saya pun bergumam dalam hati..inilah Pejantan Madura sebenarnya…
Meski begitu keraahan kutemukan dimana-mana…tak seperticerita orang kebanyakan yang menyebut Madura ‘negeri yang keras’…biasa saja…tapi yang pasti saya benar-benar merasa menjadi orang Indonesia…tepat pukul 15.00 kuputuskan kembali ke Surabaya..tentu dengan melewati jembatan Suramadu lagi…ikon baru Jawa Timur…Madura kamu cantik…negeri Sang pejantan..(***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar